Sabtu, 14 Maret 2015

Konsep Pengambilan Keputusan untuk Sistem Informasi

BAB I
Pendahuluan

1.1  Latar Belakang

Setelah perkembangan teknologi informasi yang sedemikian pesatnya, maka semakin banyaklah perusahaan di Indonesia yang menerapkan Sistem Informasi Managemen (SIM). Karena mereka mulai menyadari SIM sangat besar manfaatnya bagi peningkatan kinerja organisasi. Perusahaan yang tidak mengikuti perkembangan teknologi informasi pada dewasa ini tidak akan unggul di dalam persaingan. Ukuran penggunaan sistem berhubungan erat dengan pendekatan kepuasan pemakai. Banyak peneliti mengakui bahwa kepuasan pemakai SIM merupakan indikator yang penting dalam menentukan keberhasilan dalam mendesain dan mengimplementasikan SIM.  Akan tetapi sebenarnya Sistem Informasi Managemen (SIM) telah ada sebelum adanya perkembangan teknologi informasi (teknologi komputer). SIM telah digunakan oleh para pimpinan organisasi atau perusahaan, dalam upaya pengambilan keputusan walaupun masih terbatas. Saat itu, proses pengambilan keputusan yang dilakukan masih sangat sederhana.
Segala sesuatunya masih berjalan secara manual dan masih lamban karena semua data yang tersimpan dalam bentuk lembaran - lembaran arsip yang beraneka ragam. Sehingga  pimpinan memerlukan suatu informasi yang berhubungan dengan sesuatu yang harus diputuskan atau diambil kebijakan, maka tidak ada cara selain membongkar semua arsip yang dibutuhkan. Kadangkala jika arsip tersebut telah ditemukan tulisannya sudah kabur, kertasnya sudah kusam, atau bahkan mungkin sudah rusak karena dimakan rayap atau kutu buku dan sejenisnya. Pendek kata, proses pencarian arsip dan dokumen yang dibutuhkan sebagai dasar dari pengambilan keputusan bagi sang pimpinan sangatlah lamban dan membutuhkan waktu yang lama. 
Sistem informasi manajemen diharapkan mampu membantu setiap orang yang membutuhkan pengambilan keputusan dengan lebih tepat dan akurat. Namun disadari bahwa dengan berbagai peran yang dimiliki dalam aktivitas yang dilaksanakannya, setiap orang berusaha untuk dapat memenuhi tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya dengan baik. Dalam usaha memecahkan suatu masalah, pemecah masalah mungkin membuat banyak keputusan. Keputusan merupakan rangkaian tindakan yang perlu diikuti dalam memecahkan masalah untuk menghindari atau mengurangi dampak negatif, atau untuk memanfaatkan kesempatan. Kondisi ini menjadi tidak mudah dengan semakin rumitnya aktivitas dan keterbatasan sumber daya yang tersedia. Apalagi informasi yang dibutuhkan tidak berasal langsung dari sumbernya. Untuk itu manajemen sebagai pengguna informasi membutuhkan suatu sistem pendukung (support systems) yang mampu meningkatkan pengambilan keputusannya, terutama untuk kondisi yang tidak terstruktur atau pun sistem pendukung untuk tingkatan tertentu saja. Ada dua alasan penting mengapa manajemen membutuhkan sistem pendukung yang mampu untuk meningkatkan pengambilan keputusannya.
  Salah satu fungsi manajemen adalah perencanaan. Dalam proses perencanaan, pihak manajemen berusaha memikirkan apa saja yang akan dikerjakannya, berupa ukuran atau jumlahnya, siapa yang akan melaksanakan dan mengendalikannya agar tujuan organisasi/perusahaan dapat tercapai. Dalam kerangka itu semua, diperlukan informasi, dan informasi yang relevan dengan proses perencanaan harus disediakan. Alat untuk menyediakan informasi tersebut dapat berupa sebuah SIM, atau dapat juga usaha khusus seperti pengumpulan data baik internal maupun eksternal, yang nantinya dapat menghasilkan informasi yang dibutuhkan dan memberikan kontribusi pada kinerja pemakai. Jadi, informasi adalah bahan dasar bagi pimpinan organisasi atau mana- jer dalam membuat rencana, merumuskan kegiatan atau mengambil kebijakan/ keputusan. Pengambilan keputusan meru- pakan peranan manajemen yang paling penting, dan tersedianya sumber informasi yang reliabel merupakan komponen kunci bagi pembuatan keputusan manajemen. 




BAB II
Pembahasan
Konsep Pengambilan Keputusan

2.1  Proses Pengambilan Keputusan
Model pengambilan keputusan menurut Herbert A. Simon  sebagai dasar menjelaskan proses pengambilan keputusan terdiri dari tiga tahap pokok, yaitu:
1.              Penyelidikan (Inteligence). Mempelajari lingkungan untuk menentukan kondisi keputusan. Data mentah diperoleh, diolah, dan disajikan untuk dijadikan petunjuk yang dapat mengidentifikasi persoalan.
2.              Perancangan (Design). Mendaftar, mengembangkan, dan menganalisis arah tindakan yang mungkin. Hal ini meliputi proses-proses untuk memahami persoalan, menghasilkan pemecahan, dan menguji kelayakan pemecahan tersebut.
3.              Pemilihan (Choice). Memilih arah tindakan tertentu dari semua yang ada. Pilihan ditentukan dan dilaksanakan.

Model pengambilan keputusan menurut Rubenstein dan Haberstroh mengemukakan langkah – langkah berikut :
1.              Pengenalan Masalah atau kebutuhan untuk pengambilan keputusan
2.              Analisis dan laporan alternatif
3.              Pemilihan diantara alternatif
4.              Komunikasi dan pelaksanaan keputusan
5.              Langkah lanjutan dan umpan balik hasil keputusan.

Kedua model  tersebut tidak saling bertentangan. Model Simon pada dasarnya mengatakan bahwa pelaksanaan adalah keputusan dan keputusan lain diperlukan untuk langkah selanjutnya.
Model Simon adalah relevan bagi perancangan sistem informasi manajemen.
2.1.1        Tahap proses penyelidikan. 
Merupakan proses pencarian melibatkan suatu pengujian data baik dalam cara yang telah ditentukan dahulu maupun dalam cara khusus. SIM harus menyediakan kedua fasilitas tersebut. Sistem informasinya sendiri harus memeriksa semua data dan menimbulkan suatu permintaan uji pada manusia atas situasi yang jelas menuntut perhatian. Baik SIM maupun organisasi harus menyediakan saluran komunikasi untuk persoalan yang diterima agar dialirkan ke atas dalam organisasi sampai diambil suatu tindakan terhadapnya.
2.1.2        Tahap proses perancangan.
SIM harus memiliki model-model keputusan  ntuk mengolah data dan menimbulkan pilihan pemecahan. Model tersebut harus membantu dalam menganalisis pilihan.    
2.1.3        Tahap proses pemilihan.
Sebuah SIM adalah paling efektif bila hasil rancangan disajikan dalam suatu bentuk yang mendorong keputusan. Bila pilihan telah diambil, peranan SIM berubah menjadi pengumpulan data untuk umpan balik dan penaksiran kelak.

2.2.1 Tahap penyelidikan dan Perancangan
.
Terdapat tiga aspek terpenting dalam tahap penyelidikan dan perancangan.
2.2.1.1  Penemuan masalah.
Menemukan perbedaan antara beberapa situasi yang ada dan  harapan. William F. Pounds mengidentifikasi empat model yang menghasilkan harapan yang berbeda dengan kenyataan dengan menggunakan model pengukuran:
A.            Model Historical
B.             Model Planning
C.             Model Organisasi
D.            Model Extraorganizational
2.2.1.2  Formulasi masalah.
Untuk mengidentifikasi masalah, sehingga aktivitas rancangan dan pemilihan sesuai dengan masalah empat strategi untuk mengurangi kompleksitas formulasi:
1.                 Menentukan batasan
2.                 Mengamati perubahan
3.                 Memecah masalah menjadi sub masalah yang lebih kecil
4.                 Memusatkan pada elemen pengendali
2.2.1.3  Pengembangan alternatif.
Dilakukan secara kreatif dengan meningkatkan prosedur dan dukungan mekanisme. Kreativitas dapat ditingkatkan dengan bantuan antara lain:
A.            Skenario
B.             Analogi
C.             Brainstorming, checklist
D.            Kerangka proses keputusan

2.3 KERANGKA KERJA DAN KONSEP PENGAMBILAN KEPUTUSAN.
            Ada beberapa cara untuk mengklasifikasikan pengambilan keputusan. Pemahaman terhadap kerangka kerja dan konsepnya dapat dibahas sebagai berikut:
2.3.1 Sistem Pengambilan Keputusan.

2.3.1.1 Sistem Keputusan Tertutup. 
Dalam sistem keputusan tertutup menganggap bahwa keputusan terpisah dari masukan yang tidak diketahui dari lingkungan.   Sistem pengambilan keputusan tertutup biasanya menggunakan model kuantitatif.   Dalam sistem ini pengambil keputusan dianggap:
1.      Mengetahui semua perangkat alternatif dan semua akibat atau hasilnya masing-masing.
2.      Memiliki metode yang memungkinkan dia membuat urutan kepentingan semua alternatif.
3.      Memilih alternatif yang memaksimalkan sesuatu, misalnya laba, volume penjualan, atau kegunaan.

2.3.1.2 Sistem Keputusan terbuka.
Memandang keputusan sebagai berada dalam suatu lingkungan yang rumit dan sebagian tak diketahui. Keputusan dipengaruhi oleh lingkungan dan pada gilirannya proses keputusan kemudian mempengaruhi lingkungan. Pengambil keputusan dianggap tidak harus logis dan sepenuhnya rasional, tetapi lebih banyak memperlihatkan rasionalitas hanya dalam batas yang dikemukakan oleh latar belakang, pandangan atas alternatif, kemampuan menangani suatu model keputusan. Model keputusan terbuka menganggap bahwa pengambil keputusan:
1.         Tidak mengetahui semua alternatif dan semua hasil
2.         Melakukan pencarian secara terbatas untuk menemukan beberapa alternatif yang memuaskan.
3.         Mengambil suatu keputusan yang memuaskan tingkat aspirasinya.
  
2.3.2        Pengetahuan terhadap hasil (Knowledge Of Outcomes).
Suatu hasil menentukan apa yang akan terjadi bila sebuah keputusan diambil. Dalam pengambilan keputusan ada tiga jenis pengetahuan yang berhubungan dengan hasil:
1.    Kepastian (Certainty).
Pengetahuan yang lengkap dan akurat mengenai hasil tiap pilihan. Hanya ada satu hasil untuk setiap pilihan.
2.      Resiko (Risk).
Hasil yang mungkin timbul dapat diidentifikasi dan satu kemungkinan yang terjadi dapat dihubungkan dengan masing-masing hasil.
Ketidakpastian (Uncertaninty). Berbagai hasil mungkin terjadi dan dapat diidentifikasi, tetapi tidak ada pengetahuan dari kemungkinan yang dapat dihubungkan dengan masing-masing hasilnya.

2.4      Model Keprilakuan pada Pengambilan Keputusan Keorganisasian

2.4.1  Pencarian Problemistik
Teori keprilakuan berdalil bahwa pencarian adalah berdasarkan aturan – aturan yang agak sederhana
1.      Pencarian secara local baik yang dekat pada gejala – gejala yang ada maupun yang dekat dengan pemecahan yang ada.
2.      Bila pencarian local gagal, kembangkan pencarian ke bidang – bidang keorganisasian yang lemah sebelum pindah ke bidang lain.

2.4.2    Pemahaman Keorganisasian
Organisasi menunjukkan perilaku yang sanggup menyesuaikan dengan berjalannya waktu. Mereka merubah tujuan dan merevisi pencarian berdasarkan pengalaman mereka.

2.4.3    Penerapan Model Keprilakuan Pengambilan Keputusan pada SIM
Teori leprilakuan adalah sebuah model deskriptif dari pengambilan keputusan keorganisasian. Di sini tekanannya adalah pada pemuasan, penghindaran ketidakpastian untuk mengendalikan lingkungan, adanya tujuan yang tidak konsisten berdasarkan persekutuan keorganisasian para anggota yang ada, pencarian persoalan yang sistimulasi, dan perilaku penyesuaian keorganisasian dengan berjalannya waktu. Nilai utama pola keperilakuan pada perancangan SIM adalah menyadarkan perencanaan pada pertimbangan – pertimbangan keperilakuan.



BAB III
Penutup

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas sangatlah jelas bahwa hadirnya teknologi komputer telah memberikan kontribusi yang sangat positif dalam sistem informasi manjemen dan SIM juga sangat dibutuhkan oleh para pemimpin dalam suatu organisasi atau perusahaan untuk pengambilan keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan. Bagi manajer, kehadiran komputer dalam SIM bukan saja memberikan kontribusi positif, lebih jauh dari itu, proses pengambilan keputusan menjadi lebih mudah,murah, dan dapat dipertanggungjawabkan. Sehubungan dengan hal uraian tersebut di atas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan:
1.      SIM bukanlah komputer, ia merupakan pengembangan dari ilmu manajemen dan telah ada jauh sebelum hadirnya komputer;
2.      SIM merupakan metode bagi para pimpinan perusahaan/manajer dalam upaya pengambilan keputusan yang dapat dipertanggunjawabkan;
3.      Hadirnya teknologi komputer telah mem- bawa perubahan besar bagi aktivitas Sistem Informasi Manajemen;
4.       SIM yang berbasis komputer dapat menyajikan informasi (sebagai bahan dalam pengambilan keputusan) yang mermutu, bernilai dan berkualitas, yaitu informasi yang relevan bagi perusahaan/ organisasi, yang akurat dan tentu saja informasi yang tepat waktu atau tidak basi atau kadaluwarsa;
5.      Dengan adanya SIM berbasis komputer penyimpanan arsip atau dokumen- dokumen yang dilakukan oleh para man- ager secara komputerisasi lebih efektif dan efisien daripada sebelumnya yang dengan menggunakan penyimpanan secara manual.  6. Dengan adanya SIM berbasis komputer  penyimpanan secara komputerisasi ini dapat diproses dengan cepat dan dalam pencariannya tidak membutuhkan waktu yang lama, selain itu dokumen dapat dirawat secara digital. 
Dengan aktivitas SIM yang berbasis komputer ini, para pimpinan perusahaan/ manajer dapat lebih mudah, murah, efisien dan efektif dalam upaya pengambilan kepu- tusan, termasuk di dalamnya dalam melaku- kan fungsi-fungsi manajemen, seperti per- encanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakkan (actuating), dan pengawasan (controlling) yang hasil kepu- tusannya tersebut harus dapat dipertang- gungjawabkan.  


DAFTAR PUSTAKA


Davis, Gordon B., Management Information Systems : Conceptual Foundations, Structure, and Development, Tokyo : McGraw-Hill Kogakusha, 1974; Terj, Adiwardana, Andreas S., Kerangka Dasar Sistem Informasi Managemen Bagian I: Pengantar, Jakarta, PT. Pustaka Binaman Pressindo, 2002, Cetakan ke-12.